BERBAGI PENGALAMAN DARI COFF HARBOUR DAN SYDNEY , NEW SOUTH WALES ,AUSTRALIA.
Oleh: Hartana,M.Pd
Merupakan sesuatu yang terdengar aneh belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Kristen Coff Harbour wajib hukumnya. Terutama bagi siswa SD kelas 1-5 lalu wajib bagi kelas 8 dan berikutnya menjadi mata pelajaran pilihan yaitu untuk kelas 9,10,11,dan 12. Tahun ini sekolah Kristen Coff Harbour memiliki jumlah siswa paling banyak di Australia yaitu 28 di kelas 11. Dan juga terdapat seorang guru bahasa Indonesia terbaik di Australia. Beliau bernama Jonathan Peterson. Menurut data yang kami temukan jumlah sekolah di Australia adalah 768 sekolah, 187 sekolah memiliki program pembelajaran bahasa Indonesia
Saat ini Penulis mengajar di sebuah sekolah swasta yang bernama SD Kristen Harapan yang ada di Denpasar Bali.Penulis adalah guru kelas sekolah dasar . Penulis memiliki sedikit pengalaman yang bisa penulis bagikan ke teman-teman ,terutama dilingkungan sekolah Harapan. Baru –baru ini saya di beri kesempatan oleh Yayasan Kristen Harapan untuk menimba ilmu di sebuah daerah yang bernama Coff Harbour, sebuah kota kecil yang sejuk dan damai serta berlimpah sumber daya alamnya.Sungguh merupakan pengalaman yang luar biasa.
Kota Coff Harbour sebuah kota kecil yang terletak di Negara bagian New South Wales , kota ini dilalui oleh jalan perlintasan antara Sydney dengan Brisbane.Kota ini juga terkenal dengan penghasil pisang dan Blue burry.Bercerita tentang lalu lintasnya sangat berbeda dengan Indonesia, di kota ini lalu lintasnya sangat tertib dan teratur , jumlah kendaraannya pun sedikit . Terlihat semua sangat sadar akan kataatannya . Penulis memiliki pengalaman selama berada disana mengendarai sepeda motor berkeliling kota itu setiap hari, semua terlihar rapi , tertib dan selalu mengikuti kecepatan yang tertera di kanan kiri jalan. Berbagai jenis kecepatan antara lain bila melewati Zona sekolah antara 40-50km/jam, dikota 60-80 km/jam, sedangkan di Pasific Highway rata-rata 80-110 km/jam, semua warga terlihat sangat mentaati peraturan yang ada . Jarang juga terlihat polisi disitu, sesekali mereka terlihat beroperasi ketika weekend atau hari pertama kerja dengan cara memberhentikan kendaraan yang melaju dan mengetes apakah mereka habis minum akhohol atau tidak , bila terbukti minum akhohol maka mereka di kenai denda 200$ atau sekitar 2 jt.Selain itu di setiap jalan raya tertentu dipasang camera yang akan mengatur kecepatan setiap laju kendaraan baik motor , mobil , atau jenis kendaraan yang lainya. Kecepatan yang dimaksud adalah tergantung dari situasi ramainya kendaraan dan kondisi jalan, contohnya di pacific highway kecepatan yang diatur adalah 80 km/jam, namun bila kenadaraan melampui lebih dari 80 maka no mobil/motor akan terkena bidikan kamera , selanjutnya kantor polisi akan mengirimkan surat yang berupa tagihan ke alamat mobil tersebut minimal satu minggu setelah kejadian , besarnya kurang lebih 250 $ AUD. Dan dalam batas waktu tertentu juga belum di bayar , maka akan di lipat gandakan demikian seterusnya.
Coff Harbour sebuah kota kecil yang keadaan alamnya masih asli dan di kelilingi oleh Bush atau semak belukar. Sebagaian besar wilayahnya ditumbuhi oleh pohon Ecalyptus yang merupakan pohon langka dan bayak yang sudah berusia ratusan tahun lamanya. Alamnya banyak terdapat laut sehingga dimanfaatkan untuk pariwisata maupun berolahraga seperti surfing atau boating. Sebagian wilayahnya terdiri dari sungai yang menghubungkan ke laut yang disebut Creeks.
Bercerita tentang Sekolah Coff Harbour sangatlah menarik, karena letaknya yang terbebas dari polusi dan juga ditengah hutan namun sekolah ini tidak sepi dari peminat. Selama penulis berada disana penulis sangat bersyukur kepada Tuhan Karena baik Guru-guru, siswa, dan staff semua sangat well come menyambut kedatangan penulis, bahkan mereka sangat ramah , gembira dan memberikan respon yang positif. Sekolah Coff Harbour ini terdiri dari TK dan SD yang terletak di kota Coff Harbour serta memiliki sekolah yang setingkat dengan SMP dan juga SMA. Program pengajaran bahasa Indonesia sangat popular di sekolah ini, sebagian besar mereka sangat mengenal bahasa Indonesia.Di Primary school contohnya, dari kelas 1-5 mereka diwajibkan belajar bahasa Indonesia seminggu 2 kali, murid –murid sangat antusias sekali belajar bahasa Indonesia. Kelas bahasa Indonesia sangat di nanti-nantikan oleh semua siswa sekolah dasar di sekolah itu, mereka sangat senang belajar bahasa Indonesia.Apalagi Puji Tuhan Penulis berangkat ke CHCCS dengan membawa sebuah alat musik khas Indonesia yang tidak terdapat di Australia yaitu Ukelele 3 senar, yang merupakan bagian dari alat musik keroncong, sebuah anugrah dan berkat bila penulis bisa membantu pembelajaran disana dengan menggabungkan belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan musik, sungguh luar biasa anak –anak sangat cepat menghapal lagu dan memahami isi lagu .Selama penulis disana anak-anak sudah bisa menghapal 3 atau 4 lagu baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Bahkan melalui lagu yang diajarkan mereka bisa tampil di gereja dengan bergabung dalam sebuah vocal group dua suara. Di tambah lagi ditunjang oleh guru yang luar biasa yang sangat menguasai bahasa Indonesia dengan sangat mahir, beliau adalah Ibu Veolita Peterson yang merupakan istri dari bapak Jonathan Peterson.
Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah ini sangat di tunjang dengan tehnologi yang sangat canggih,terutama IT yang lebih modern yaitu dengan menggunakan smart board ( atau papan pintar)yang penggunaannya sangat mudah dan sangat praktis yang langsung di sambungkan ke internet sehingga sangat menarik. Tidak hanya itu di papan smart board kita bisa bermain games yang berhubungan dengan materi yang diajarkan , anak-anak bisa bersaing satu dengan yang lain dengan sangat gembira dan exited. Hal ini terjadi baik di primary school,middle school dan juga senior high school. Mereka semua sangat suka belajar bahasa Indonesia bahkan bahasa Indonesia menjadi bahasa favorite di sekolah ini.
Sekolah Kristen Coff Harbour berbeda dengan sekolah Kristen lainnya di Australia, penulis merasakan ada hadirat Tuhan Yesus di sekolah ini, Yesus benar-benar hadir di sekolah ini .Mengapa demikian…? Karena segala kegiatan sekolah ini semua didasarkan pada Firman Tuhan.misalnya setiap hari senin 45 menit sebelum bel berbunyi semua guru dan staff berkumpul di ruang devotion untuk bersama-sama mendengarkan pengumuman dari Principal tentang kegiatan selama seminggu lalu memuji Tuhan 3-4 lagu dengan diiringi musik baik gitar, kajon, ataupun piano. Semua guru dan staff penulis perhatikan sangat sungguh-sungguh memuji Tuhan . Setelah itu kira-kira 15 sebelum jam 9 mereka melakukan Boot Time yaitu sejenis kegiatan bagi seluruh siswa tetapi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di pisah. Demikian juga pembinanya juga berbeda , guru laki-laki menangani siswa laki-laki sedangkan guru wanita menemani siswa perempuan. Adapun isi dari kegiatan itu adalah berolah raga dilanjutkan dengan belajar tentang Firman Tuhan , bagi siswa laki-laki diajarkan bagaimana menghargai perempuan entah itu pacar, ibu , ataupun teman di kelas. Sedang siswa perempuan di ajarkan bagaimana menghargai ayah, pacar, dan juga teman-teman di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Setiap hari Rabu pada jam yang sama mereka melakukan kegiatan Devotion bersama tetapi berbeda aktivitasnya. Kali ini kegiatan mereka adalah belajar bagaimana memahami firman Tuhan dengan cara mendengarkan firman Tuhan yang dipimpin oleh salah satu staff secara bergiliran.Setelah itu diakhiri dengan doa bersama.
Berbeda lagi dengan hari jumat, pada hari jumat staff dan guru melakukan Devotion dengan cara berdoa safaat . Guru dan staff dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan mereka berdoa sesuai pokok-pokok doa telah disampaikan sebelum mereka berdoa , seperti : guru yang sakit, siswa yang bermasalah atau sakit, atau juga pergumulan dalam masing-masing keluarga.
Pada hari Jumat pula sekitar pukul 09.30 mereka juga melakukan kegiatan yang disebut church Time, yaitu sebuah kegiatan yang melibatkan Principal, Guru, Staff, dan juga siswa middle school juga senior school untuk memuji nama Tuhan dan mendengarkan Firman Tuhan . Kali ini kegiatan dilakukan seperti di gereja dengan diiring dengan band lengkap yang terdiri dari siswa-siswi yang memiliki kemampuan dibidang musik dan nyanyi.
Penulis sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Yayasan Kristen Harapan maupun Coff Harbour Christian Community School karena diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang baru , pengalaman yang sangat bermanfaat baik bagi pribadi maupun bagi kemajuan sekolah Harapan dan sekolah CHCCS. Penulis sangat merasakan banyak hal yang didapat dari pertukaran ini baik dalam bidang Pendidikan, sosial, budaya maupun pengalaman selama tinggal dengan host family di kota Coff Harbour. Selama di Coff Harbour penulis tinggal dengan 7 host family yang masing-masing memiliki budaya serta kebiasaan yang berbeda-beda, baik dalam berperilaku, baik dalam hal mencuci perabot rumah tangga maupun berbeda dalam gaya hidup. Setiap 2 minggu penulis harus pindah dari host satu ke host yang lainnya. Hal itu sangat memberikan pengalaman yang luar biasa terutama dalam meningkatkan kemampuan belajar bahasa Inggris serta memperoleh pengalaman langsung kehidupan masyarakat disana.
Penulis sangat bersyukur juga karena diakhir term 3 mendapat kesempatan libur selama 2 minggu.Liburan itu penulis manfaatkan untuk mejelajahi kota Sydney dan mengenal kota Sydney lebih jauh lagi yang selama ini hanya mendengar kemegahan kota lewat berita televisi ataupun mendengar dari teman tentang Opere House, namun semua begitu nyata. Kebetulan saat itu penulis mencari tiket promo dari Tiger air dengan harga $50 atau sekitar 500 ribuan , perjalanan dari Coff Harbour ke Sydney memakan waktu 1 jam. Penulis mendarat di Bandara Lokal Kingsford. Kebetulan penulis dijemput seorang teman yang sangat baik dan dulu pernah juga bertemu di kota Perth. Namanya pak Tota , dia tinggal bersama anak laki-lakinya yang kuliah dan juga bekerja disana.Hidup di Sydney memberikan pengalaman baru bagi penulis , selain pengalaman geografi penulis juga mendapat pengalaman bagaimana mereka bekerja dan kuliah disana, bagaimana menjelajah kota Sydney baik dengan kereta, bus, dan juga ferry . Selama ini banyak orang beranggapan bekerja diluar negeri adalah sesuatu yang menyenangkan dan mudah . Menurut pengamatan penulis sangat berat bekerja dan kuliah di luar negeri, mengapa ? Mereka bekerja sangat keras, pergi pagi pulang malam, belum lagi bila hari kuliah pasti sangat sibuk dan sangat berat. Ditambah biaya kuliah yang sangat mahal antara $3000-6000 tergantung dari jurusan yang diambil dan kualitas sekolah.
Selama di Sydney penulis hampir memanfaatkan waktunya untuk menjelajah, transportasi yang penulis gunakan setiap hari adalah kereta /Train, setiap pagi selama 2 minggu penulis selalu naik kereta dari stasiun Weastmead menuju ke city dan melewati beberapa stasiun sebelum sampai di Townhall dan Central.Dari Townhall penulis berjalan kaki menuju ke sebuah tempat yang sangat terkenal diantaranya adalah Darling Harbour, Opera House, dan juga Harbour Bridge.
Di Sydney penulis bergabung dengan Komunitas gereja New Life, gereja yang dipimpin oleh Pendeta David Wijaya,Gereja ini anggotanya terdiri dari orang-orang Indonesia yang berdomisili di Sydney terutama daerah Green Square, North Field, dan daerah Hill. Kebersamaan diantara mereka sungguh luar biasa, mereka sungguh mengandalkan Yesus Kristus sebagai sahabat sejati.Pendeta David Wijaya sendiri pernah bekerjasama dengan para Pendeta yang berasal dari Bali. Sungguh sangat menyenangkan bisa bergereja bersama teman seiman ,seperti bertemu dengan saudara dari kampung sendiri. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan.
Pada tanggal 10 Oktober 2014 Penulis kembali ke Coff Harbour untuk melanjutkan tugas di CHCCS , kembali bertugas membantu program pembelajaran Bahasa Indonesia bersama bapak Jonathan Peterson dan ibu Veolita Peterson , pengalaman itu sangat menyenangkan. Selain proses belajar yang menarik serta didukung tehnologi yang canggih penulis ikut membantu menerapkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan program khusus yaitu dibantu alat musik, penulis mempersiapkan alat musik Ukelele yang secara khusus penulis bawa dari Bali. Alat musik ini terdiri dari 3 senar yang tidak kita temui di Australia. Alat musik ini adalah memang alat musik khas untuk irama keroncong. Penulis sangat bersyukur bahwa semua boleh berjalan dengan lancar dan semua sahabat disana sangat ramah dan sangat menyenangkan , Penulis serasa tinggal dirumah sendiri dan ketika berpisah sungguh sangat berat dan menyedihkan, namun inilah realitas yang harus dihadapi, Penulis harus pulang dan kembali bekerja , berjuang mencerdaskan bangsa berdasarkan talenta yang sudah Tuhan Yesus berikan. Sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak Yayasan, kepala sekolah SDK Harapan, dan seluruh guru di SDK Harapan yang telah memberi kesempatan dan mendukung sehingga program ini boleh berjalan dengan lancar. Harapan penulis semoga program pertukaran guru berikutnya berjalan dengan lancar.